PURWOREJO, infopurworejo.com – Trader sembako Nofendi warga Desa Redin Kidul, Kecamatan Gebang, Purworejo mengaku rugi besar karena munculnya program pemerintah subsidi minyak goreng.
Subsidi minyak goreng hingga harganya menjadi Rp 14 ribu per liter membuatnya harus menanggung rugi hingga puluhan juta.
“Saya oke oke saja, artinya pemerintah kan berpihak ke rakyat. Padahal saya di depan mata tinggal menghitung kerugian,” ungkapnya saat ditemui tim Infopurworejo Jumat (21/1).
Nofendi menuturkan jika pelaksanaan minyak goreng harga Rp 14 ribu dimulai sejak Rabu (19/1) pukul 00.00 WIB. Berdasarkan surat pemberitahuan, pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyiapkan minyak goreng dengan harga murah sebanyak 250 juta liter untuk satu bulan.
“Estimasi harga segitu sampai enam bulan ke depan, tapi ada kemungkinan bisa diperpanjang juga,” tuturnya.
Sebelum menerima surat pemberitahuan tersebut, Nofendi mengaku sudah menyetok minyak goreng sebanyak satu truk atau 750 karton yang belum diedarkan. Satu karton minyak goreng berisi 12 liter dengan harga Rp 20 ribu/liter.
“Dulu Rp 20 ribu per liter, sekarang Rp 14 ribu. Berarti ada selisih Rp 6 ribu per liter. Kalau dihitung satu karton rugi Rp 72 ribu, berarti satu truk sampai Rp 54 juta loh,” hitung Nofendi sembari coret-coret.
Meski begitu, trader beberapa merek minyak goreng seperti Hemart, Sunco, dan Sanky itu menuturkan bahwa dalam dunia usaha mengalami loss atau profit sudah biasa.
“Semuanya tetap harus disyukuri, terus mental itu harus kuat dan tahu ilmunya,” ujarnya.
Terakhir Nofendi menyebut dirinya bersama tim mendistribusikan minyak goreng ke beberapa daerah di dalam dan luar Kabupaten Purworejo.
“Sejauh-jauhnya kami sebar rata ke toko, market, atau warung. Tapi mayoritas tetap di Purworejo,” tutupnya.