PURWOREJO, infopurworejo.com – Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo menjadi salah satu penyuplai porang ke pabrik di Surabaya dan Yogyakarta.
Porang merupakan tanaman jenis umbi-umbian dan juga memiliki buah yang terdapat pada batang tanaman.
Umbi tanaman porang disebut oblo, sedangkan buahnya pada batang disebut porang atau coplok.
Harga umbi porang atau oblo berkisar Rp.7000 perkilonya. Sedangkan harga buah porang atau coplok masih cukup tinggi mencapai Rp.150.000 hingga Rp.200.000 setiap kilonya.
Hampir semua masyarakatnya menanam, Desa Brenggong memiliki luas lahan porang sekitar empat hektar yang tersebar di beberapa dusun.
Cukup mudah dalam penanamanya, dari mulai menanam bibit bisa menggunakan media polibek atau langsung ditanam dikebun. Kemudian diberi pupuk kandang atau pupuk organik untuk menyuburkan tanaman.
Setelah itu perawatan tanaman porang relatif mudah dan tidak memerlukan perawatan khusus.
Porang mudah tumbuh, bisa ditempat yang redup dibawah pohon keras, juga bisa ditempat yang panas terkena sinar matahari langsung.
Panen sudah bisa dilakukan setelah tanaman berumur dua tahun, yang ditandai dengan daunnya layu, menguning dan tanaman tumbang.
Budidaya Porang
Kepala Desa Brenggong, Legiman sangat mendukung budidaya tanaman porang. Harapannya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Brenggong.
Apalagi porang harganya cukup bagus dalam jangka waktu dua tahun bisa panen sekaligus dua panenan untuk bibit dan untuk umbinya.
Hasil menanam porang jauh lebih bagus dan lebih cepat bila di bandingkan dengan menanam kayu keras.
Sejak dilakukan budidaya tanaman porang, Legiman mengajak masyarakat untuk bersepakat dalam pengamanan budidaya porang, sehingga tidak ada lagi yang tanamannya hilang.
Bersepakatnya antara lain, para pengepul harus membeli hasil porang dan oblo dari sumber yang jelas.
Setiap area kebun tanaman porang dipasang tulisan dilarang mengambil tanaman, dan juga dilakukan pengawasan masing-masing warga.
“Alhamdulillah sejak bersepakat, tanaman porang aman dan pengepul juga jeli dalam membeli. Sebelum ada kesepakatan, banyak laporan dari warga yang tanamannya hilang. Saya juga ingin budidaya porang semakin banyak, karena permintaan dari pabrik cukup besar dan belum bisa memenuhi,” ujar Legiman, saat memperlihatkan tanaman porang di salah satu kebun milik warga pada kamis sore (3/2/22). (Pwrkab)