Kelenteng Thong Hwie Kiong Purworejo Rayakan Imlek Tanpa Barongsai

Kelenteng Thong Hwie Kiong Purworejo. (Foto: Siti Fauziah)

PURWOREJO, infopurworejo.com – Kelenteng Thong Hwie Kiong yang terletak di Jl Singodranan No 15, Baledono, Purworejo, Jawa Tengah sudah dua tahun tidak mengadakan pesta kembang api dan barongsai.

Suasana pandemi dan merambaknya virus Omicron membuat perayaan Imlek tahun 2573 Kongzili (2022 M) ini sepi jemaat.

Ramli, Seksi Sembahyang Kelenteng

“Suasana kan masih pandemi jadi pesta kembang api dan barongsai ditiadakan, jemaat juga mulai sepi sejak pandemi,” ujar Seksi Sembahyang Kelenteng yang terletak di belakang Pasar Baledono, Ramli kepada tim Infopurworejo, Selasa (1/2).

Padahal tradisi petasan atau kembang api dan barongsai biasa digelar untuk memeriahkan perayaan Tahun Baru China.

Menurutnya kemeriahan itu biasa ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Namun guna menghindari kerumunan warga, akhirnya tidak digelar.

“Barongsai sendiri juga sebagai bentuk penolak bala dan menghilangkan aura negarif. Tapi walaupun tidak ada, untuk keduanya dapat dilakukan dengan sembahyang,” ujar pria kelahiran Sumatera itu.

Meski begitu, hal itu tidak mengurangi semangat warga untuk melakukan ibadah di kelenteng.

Kata Ramli sembahyang tutup tahun (sam cap mee) yang dilakukan pada Senin malam (31/1) pukul 23.00 WIB diikuti puluhan jemaat dipimpin pendeta Tjan Giok Lan.

Jemaat Sedang Melaksanaan Ibadah. (Foto: Siti Fauziah)

Proses ibadah dilakukan dengan membakar hio atau dupa sebanyak lima butir, lalu berdoa kepada Thian (Khalik Semesta Alam) di teras kelenteng.

Doa yang mereka panjatkan adalah ucapan terima kasjh karena dalam setahun ini telah dilindungi dan diberkati dalam menghadapi tantangan hidup.

Proses sembahyang dilanjutkan dengan berdoa kepada Dewa Bumi (Hok Tik Tcing Sin) yang dilakukan di Altar Kelenteng.

Masing-masing jemaat memegang tiga butir hio sembari berdoa, lalu hio dikumpulkan menjadi satu dan dibacakan doa tutup tahun oleh pendeta Tjan Giok Lan.

Lebih lanjut Ramli mengatakan perangkat ibadah yang dipakai antara lain hio, lilin, kertas berwarna merah atau twakim. Ketiga alat tersebut memiliki simbol pengiriman uang kepada orang yang lebih tua dan telah meninggal dunia.

IMLEK 2022, TAHUN SHIO MACAN AIR

Sementara itu, Ramli menyampaikan bahwa Imlek tahun 2022 disebut tahun Shio Macan Air yang melambangkan raja binatang dalam budaya China.

Macan dianggap memiliki kekuatan yang besar, keberanian, serta mengusir kejahatan. Sedangkan air menunjukkan simbol banyak hujan.

Shio Macan Air diketahuin termasuk Shio yang terjadi selama 12 tahun sekali.

“Ada beberapa macam shio yang pergantiannya dilakukan setiap 12 tahun sekali,” jelasnya.

Lampion dari para donatur

Ditanya mengenai lampion yang menghiasi kelenteng, Ramli mengatakan lampu penerang khas Tionghoa itu untuk mempercantik tempat ibadah.

Dalam lampion tersebut diberi nama orang atau toko para donatur ibadah Imlek.

“Uang yang terkumpul dipakai untuk merawat kelenteng, membeli perangkat sembahyang, dibagi-bagi dalam bentuk angpao di hari ke-empat setelah tahun baru, dan biaya lainnya,” tutup Ramli.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *