PURWOREJO, infopurworejo.com – Kabupaten Purworejo memiliki beragam kuliner yang menggugah selera, salah satunya Sate Winong Mustofa.
Berdiri sejak 1968 warung sate legend di Desa Winong, Kecamatan Kemiri ini tetap eksis hingga sekarang. Bahkan Sang Legenda, Alm. Mustofa telah meninggal dunia di usia 61 tahun warung sate dan gulai kambing muda itu tetap ramai pengunjung.

“Bapak sudah meninggal dunia tahun lalu seminggu sebelum Puasa Idul Fitri karena sakit,” kata Ahmad Muslih (31) anak bungsu Alm. Mustofa kepada Infopurworejo saat menemani belasan karyawannya, Minggu (13/2).
Muslih sebutannya, menceritakan kisah perjalanan almarhum ayahnya yang sukses membangun warung sate dan gulai kambing muda hingga diteruskan ke anak-anaknya.
Dikisahkan, Alm. Mustofa saat kecil hidup bersama kakek dan neneknya. Sebab tidak sekolah, Mustofa kecil sering mengikuti kedua simbahnya jualan sate keliling. Terbiasa membantu produksi sate, Mustofa meneruskan usaha simbahnya hingga ia tutup usia.
Awalnya ia memikul gerobak dagangannya mengelilingi daerah Kutoarjo. Produksi satenya semakin laris mendorong Alm. Mustofa untuk menyewa ruko.

Perjalanan ia membangun warung sate pun tidak mudah. Tiga kali warung sate Mustofa berpindah-pindah, hingga tahun 2009 sampai sekarang tempatnya menerap di Dusun I Desa Winong.
“Bapak ada empat anak dan semuanya terjun ke bisnis sate Winong. Tempatnya berbeda-beda, cuma dari dulu sudah di sini dan sekarang diwariskan ke saya,” ujar Muslih.
Untuk menjaga eksistensi serta cita rasa khas sate dan gulai produksi Alm. Mustofa, Muslih dibantu oleh 15 karyawan yang semuanya merupakan bagian dari keluarga Alm. Mustofa, mulai dari sepupu hingga keponakan.

Kelezatan yang dimiliki Sate Winong Mustofa adalah bumbu kecap manis berasal dari gula jawa dengan campuran rempah-rempah seperti laos, daun jeruk, bawang merah, bawah putih, dan serai.
Disajikan Tanpa Tusuk
Sekali produksi bumbu dapat mencapai 10 kilogram bumbu kecap dan akan habis dalam waktu tiga hari.
Sedangkan ciri khas dalam tampilan, sate disajikan secara terpisah dari nasi dan tanpa tusukan. Sebagai pelengkap diberi irisan daun jeruk, tomat, dan bawang merah.
“Kalau pembeli lebih suka ada tusuknya, kami akan menyajikan sate dengan tusuk. Terus bagi penyuka pedas, nanti bakal dikasih sambal tambahan juga,” terang Muslih.

Kambing yang disembelih setiap harinya berjumlah tiga hingga lima ekor dengan total ratusan porsi sate dan 60 porsi gulai. Adapun untuk hari libur warung Sate Winong Mustofa dapat menyembelih belasan ekor kambing muda.
Warung sate yang dibuka pukul 09.00 hingga 18.00 ini dihargai Rp 40 ribu untuk satu porsi sate kambing muda dengan nasi dan minum teh atau jeruk, begitu pula dengan satu porsi gulai.
Pengunjung yang hadir untuk menyantap pun dari berbagai kalangan, diantaranya pejabat, rombongan keluarga, guru, hingga artis ibu kota.
“Harapan saya warung tetap ramai meskipun bapak sudah meninggal dunia, soalnya kan selama ini waktu masih ada beliau sering koreksi masakan karyawan,” harapnya.

Di sisi lain, salah seorang pengunjung Budi yang merupakan guru salah satu SMK di Purworejo mengaku pergi ke Winong hanya untuk menikmati sate winong Mustofa. Menurutnya daging sate berbeda dari tempat lain. Rasanya manis, empuk, dan tidak alot.
“Saya sudah langganan lama di sini, walaupun banyak warung sate Winong yang baru. Tetap di sini yang terenak satenya. Gulainya juga sedap, cuma sekarang saya makan sate saja,” katanya.